Well, hello everyone!
Beberapa hari atau minggu terakhir ini, mungkin cukup berat bagi kita semua. Yap, tahun 2020 telah memberi kelabu bagi diri saya, dan saya percaya kalian semua. Dan setelah melakukan pergumulan dan perdebatan alot antar diri saya sendiri. Akhirnya, saya memutuskan ikut dalam hype 30 day writing challenge ini. Melakukan hal personal seperti ini sebenarnya bukan keahlian saya, tapi mungkin dengan perjalanan ini bisa menemukan hal baru yang dapat membantu kita semua menghadapi tahun berat ini. Phew, here we go.
A girl with complicated minds adalah sebuah kalimat yang sering saya sematkan beberapa tahun lalu ketika masih baru mengenal dunia blogging ini. Semakin bertambah usia, saya sadar betapa edgy nya kalimat tersebut kala itu. Tapi, akhir akhir ini saya semakin menyadari ada benarnya hal tersebut.
Jika ada satu kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan diri sendiri, saya akan memilih solitude. Yap, saya sangat menyukai perasaan menyepi dan menemukan kedamaian dalam perenungan dan kesendirian. Untuk beberapa orang, akan merasa aneh dengan kalimat ini mengingat bacot nya saya pada mereka. Namun ketika dihadapkan pilihan, saya akan memilih perenungan dalam kesendirian daripada harus menjadi pribadi sok asyik. Tapi bacot itulah yang seringkali menyelamatkan diri sendiri, so I’m not complaining.
Amati Tiru Modifikasi
Adalah sebuah kelaziman buat diri saya untuk menjadikan seseorang sebagai tiruan, mungkin lebih parah dari role model. Tumbuh dari kecil hingga dewasa, saya sedikit hilang arah dan harus menemukan tumpuan ke orang lain, untuk saya ikuti. Mungkin hal ini wajar terjadi pada semua orang. Namun bagi saya sendiri, ketika menemukan seseorang itu saya akan meniru semuanya, dari pola pikir hingga mungkin cara berjalan, dan selalu ingin mendapatkan pengakuan dari orang tersebut. Miskin pujian sekali yha.
Semakin bertambah usia dan berganti karakter yang saya mainkan, saya semakin menemukan bahwa betapa tersesatnya saya. Tapi menemukan diri memang proses yang panjang, jadi tidak ada yang salah dan benar, bukan?berawal dari proses pembelajaran itulah yang menjadikan saya sebagai orang yang observant, I’m proud to say that I see every little details on person I meet that others seems to ignore. Mungkin karena itulah saya menyematkan ‘featured enthusiast’ dalam bio diri saya, I suck on many things but hell yeah I’m a good listener.
Seringkali, hal tersebut membantu saya bersikap kepada orang lain. Berawal dari informasi yang terus saya simpan dalam isi kepala saya, menjadikan saya pribadi yang cukup pemarah. Ah alesan aja. Yap, saya adalah orang yang cukup pemarah seringnya dengan keadaan, diri sendiri, ataupun orang lain. Saya marah dengan keadaan dan akan melakukan protes hingga ujung dunia, jikalau bisa, and I did it for almost every single time. Tapi saya tahu ‘yaudah lah ya’ adalah kunci dari permasalah dunia ini. Jadi, yaudah lah ya.
“Terbentur, terbentur, terbentur, terbentuk” -Tan Malaka
Meminjam kutipan dari Tan Malaka yang menyoal evolusi dari pribadi manusia. Beberapa benturan mungkin diperlukan untuk membentuk karakter sok tahu macam saya sekarang. Sikap observant saya memudahkan saya untuk mengingat setiap benturan, yang kadang terlalu vivid. Ugh
Masa bully di masa kecil misalnya, no hard feeling but well I remember it perfectly, all those scenes, guys. Salah satu benturan dari beberapa benturan tersebut memang membentuk karakter saya bahkan mungkin sampai sekarang. Sebuah term socially awkward sering disematkan oleh orang lain ataupun diri saya sendiri, dan mungkin sedikit membaik beberapa tahun belakangan. Entah, who cares?
Benturan tersebut menjadikan salah satu pondasi saya untuk tidak menghakimi orang lain, dan tentu saja stand up for yourself, because no one would do it for you. Dan mungkin berawal dari benturan tersebut saya getol sekali menulis soal hak asasi ataupun hal filosofis lainnya, yang kadang saya pun tidak mengerti. Lalu dimana kira-kira saya berada sekarang? sepertinya masih dalam benturan demi benturan lainnya untuk dapat mengatakan diri saya telah terbentuk.
Sebagai pribadi yang sulit untuk mengkomunikasikan segala bentuk perasaan menjadikan saya menjadi orang yang mungkin tidak mudah didekati. Kalian tidak akan mendapatkan saya dengan panik berkata “kamu baik baik saja?”, tapi saya yang mengetahui tanpa bertanya hanya akan menemanimu dalam badai, dan memberikanmu candaan receh dan pura pura tidak tahu beban pikiran apa dalam kepalamu.
Ah, lepas dari tulisan yang terkesan berwibawa dan serius ini. Saya ah..aku ini adalah pribadi yang sangat receh dan jokes on every single things. Tapi mengapa bisa menjadi karakter yang berbeda dalam tulisan ya? Sepertinya karakter writing dan joking ini adalah coping mechanism yang saya perlukan untuk saling beriringan walaupun cukup berbeda.
Well, cukup sulit ternyata menulis hal personal seperti ini. Membuat saya bertanya-tanya, jadi, apa ya inti dari tulisan ini? Ah, sepertinya membicarakan me, myself and I, diperlukan untuk duduk bersama dan seminggu tanpa tidur, tapi makanan enak tetap harus ada. Tapi, coba lihat di keramaian orang-orang, akan ada seseorang yang ikut serta dalam pembicaraaan dengan ekspresi sok asyik namun matanya tetap sendu. Mungkin kalian sedang menemukanku. Atau mungkin aku ini adalah kalian? Ah mulai deh.
Namun ada satu hal yang pasti, proses untuk menemukan dan membentuk diri sendiri akan berlangsung seumur hidup kita. Jadi, tidak perlu khawatir untuk memberi jarak pada dunia, dan rehat sejenak. Seringlah memberi jarak bahkan pada diri sendiri.
Dan teruntuk kamu yang tidak pernah ketinggalan headset di tas ranselmu, selalu ke toilet untuk merenungi setiap perkataanmu atau sekedar berkata kasar ke cermin. Dan kamu yang folder screenshoot selalu penuh dengan kutipan bijaksana dari adegan film dan series, hobimu untuk mengabaikan pesan tapi sering sekali typo namun terlalu malas melakukan revisi. Believe me, you are loved. Be safe and be strong.